Suku Baduy : Sejarah dan 10 Keunikan Suku Baduy
Indonesia sangat terkenal dengan keberagaman suku dan budaya. Hal inilah yang membedakan Indonesia dengan negara lain di dunia. Salah satu suku yang cukup unik dan menarik untuk dibahasa adalah suku Baduy, yaitu suku yang berada di Kabupaten Lebak, Banten.
Para ilmuwan Belanda dulu menyebutnya Baduy karena mereka hidup secara berpindah-pindah. Suku baduy sendiri, terbagi menjadi suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. Untuk informasi lebih lengkap mengenai suku Baduy, mari kita lihat penjelasan di bawah ini.
Baca Juga : Suku Dayak
Sejarah Suku Baduy
Sebenarnya ada dua versi mengenai sejarah suku baduy, yang pertama adalah yang disebutkan di atas, yaitu nama suku Baduy berasal dari sebutan orang Belanda, karena masyarakatnya yang hidup secara berpindah atau nomaden.
Sedangkan yang kedua adalah dari cerita tetua yang mengatakan jika nama Baduy berasal dari wilayah bagian utara suku ini, yaitu orang Kenekeas yang dianggap sebagai keturunan Batara Cikal, atau salah satu dewa yang turun ke bumi.
Yang membuat suku Baduy unik adalah cara hidup masyarakatnya, yang menjalani kegiatan sehari-hari dengan aturan-aturan yang tidak umum bagi orang-orang awam. Hal ini juga lah yang membuat perkampungan suku Baduy kerap kali dijadikan tempat wisata budaya.
Keunikan Suku Baduy
1. Pemimpin Desa
Pemimpin desa dalam suku Baduy disebut dengan Pu’un, yaitu seseorang yang bertanggungjawab dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan sosial yang ada ada di dalam desa..
Pimpinan desa ini sangat disegani oleh semua orang di desa, Pu’un dijadikan teladan dan keputusan yang diambil oleh Pu’un sangat dihormati, baik aturan yang umum hingga aturan adat. Pu’un juga dipercaya dapat mengobati, ketika ada penduduk desa yang sakit.
2. Budaya Gotong Royong
Mayoritas orang saat ini lebih suka melakukan banyak hal secara individu kerna dampak dari kemajuan teknologi, maka berbeda dengan masyarakat suku Baduy.
Mereka sangat mengandalkan gotong royong dalam banyak hal, mulai dari membangun tempat tinggal hingga ketika memindahkan lahan pertanian ke tempat lainnya. Budaya gotong royong masih sangat kental di lingkungan suku Baduy.
3. Tembikar Sebagai Penentu Status Sosial
Masyarakat suku Baduy memiliki cara yang berbeda dalam menentukan statusnya di tengah masyarakat. Jika orang di perkotaan berlomba-lomba memiliki mobil mewah dan rumah yang besar, maka suku Baduy melakukannya dengan cara yang lebih unik.
Semua rumah hampir memiliki ukuran dan bentuk yang sama, akan tetapi orang dengan derajat yang tinggi atau orang kaya dalam suku Baduy biasanya memiliki tembikar yang terbuat dari bahan kuningan di rumahnya. Semakin banyak tembikar kuningan yang dimiliki, maka semakin kaya ornag tersebut.
4. Penggunaan Alat Mandi yang Alami
Karena kecintaan suku Baduy terhadap alam, maka mereka tidak menggunakan sabun, sampo dan pasta gigi ketika mandi. Masyarakat suku Baduy menggunakan batu untuk membersihkan tubuh dan sabut kelapa untuk menyikat gigi.
Hal tersebut jelas karena satu alasan, yaitu karena suku Baduy masih sangat menghargai alam mereka. Sehingga mereka tidak menggunakan barang-barang yang dapat merusak alam mereka.
Baca Juga : Suku Jawa
5. Masih Adanya Sistem Perjodohan
Perjodohan bukanlah hal yang wajar jika masih diterapkan dijaman yang sudah modern seperti sekarang ini. Orang tua sudah lebih menyerahkan kepada anaknya untuk memilih jodohnya sendiri, dan hanya menentukan akan memberi restu atau tidak terhadap pilihan anaknya tersebut.
Sangat berbeda dengan masyarakat Suku Baduy, dimana gadis yang masih berusia 14 tahun bisa dijodohkan. Pada prosesnya, umumnya orang tua laki-laki dari suku Baduy akan memilih wanita untuk dijadikan pasangan anaknya.
Akan tetapi jika tidak menemukan yang cocok, Pu’un akan membantu memilihkan dan pilihannya tidak boleh ditolak, karena akan dianggap melukai adat istiadat yang sudah ada sejak dahulu.
6. Ada Larangan Berkunjung
Hampir semua agama memiliki ritual puasa, misalnya puasa Ramadhan pada umat Islam selama sebulan penuh. Uniknya Suku Baduy memiliki ritual berpuasa selama 3 bulan berturut-turut, padahal Suku Baduy tidak menganut agama Islam.
Puasa ini dikenal dengan istilah Kawulu, dan selama menjalankan Kawulu, tidak ada satupun masyarakat luar yang boleh mengunjungi perkampungan suku Baduy dalam. Yang boleh dikunjungi hanyalah perkampunyan Baduy luar, dan pengunjung juga tidak diperkenankan menginap.
Kawulu dianggap sebagai kegiatan yang sakral, sehingga pada masa periode tersebut sebaiknya tidak terganggu oleh masyarakat luar. Selama menjalan kegiatan ini biasanya masyarakat Baduy akan memanjatkan doa kepada nenek moyang, untuk meminta keselamatan atau hasil panen yang baik.
Baca Juga : Suku Mante
7. Ayam Temasuk Makanan yang Mewah
Orang di perkotaan sudah sangat biasa mengonsumsi makanan dari olahan daging ayam. Berbeda dengan masyarakat suku Baduy, walaupun mereka memelihara ayam, tetapi ayam tersebut hanya akan disembelih pada hari tertentu saja.
Suku Baduy biasanya akan memasak ayam pada acara adat atau pada hari pernikahan, karena ayam dianggap sebagai makanan mewah bagi masyarakat Suku baduy.
8. Warna Pakaian
Suku Baduy terbagi menjadi dua, antara lain suku Baduy dalam dan suku Baduy luar. Perbedaan yang sangat mudah kita lihat dari keduanya adalah dari warna pakaiannya.
Suku Baduy dalam mengenakan pakaian dan ikat kepala putih, sedangkan suku Baduy luar memakai pakaian hitam dan ikat kepala berwarna biru.
9. Berjalan Kaki
Salah satu budaya unik yang dimiliki suku Baduy lainnya adalah berjalan kaki. Masyarakat suku Baduy pergi kemanapun dengan berjalan kaki, baik saat menjual hasil panen ke pasar yang jaraknya dekat, hingga ketika mengunjungi saudara yang berada jauh di kota.
10. Perabotan Sederhana
Masyarakat suku Baduy lebih memilih untuk memanfaatkan alam sekitar, daripada membeli perabotan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika kita menggunakan piring keramik atau kaca di rumah, suku Baduy lebih suka memanfaatkan potongan bambu untuk gelas dan daun untuk piringnya.
Hal inilah yang membuat masyarakat suku Baduy sangat menjaga keasrian alam, terlebih ditempat mereka tinggal. Masyarakat suku Baduy tidak menutup kunjungan dari wisatawan yang ingin mengenal lebih kehidupan di suku mereka. Hanya yang harus dipastikan adalah tetap menjaga kesopanan dan menghormati aturan yang berlaku di tanah mereka.
Demikianlah penjelasan singkat mengenai suku Baduy, baik sejarah maupun keunikan budaya suku Baduy. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa memberikan informasi yang dibutuhkan pembaca.