Jerit Tangis Penderita Kanker Kepada Gubernur DKI Jakarta
Pagi-pagi jam 6, beberapa penderita kanker dari komunitas cancer Jakarta, mengantri di Balaikota dengan tujuan curhat. Mereka bersama ratusan warga lain menunggu pak Gubernur yang katanya mau mendengar suara rakyat.
Pukul 7.30 pak Gubernur yang dinanti datang, suasana balaikota menjadi riuh karena para tamu berebut mengerumuni pak Gubernur yang bermata sipit namun murah senyum itu.
"Selamat pagi bapak Ibu sekalian, satu satu yang rapih ya... semua pasti kami layani dengan baik, yang penting sabar ya...." sapa pak Gubernur dengan ramah... membuat warga yang berkunjung gembira ria, termasuk para penderita kanker yang sejak pukul 6 mengantri.
Satu persatu warga dilayani dengan baik dan diberi solusi yang menenangkan hati. Tiba giliran para penderita kanker... mereka maju menghadap dan seketika salah satu dari mereka menangis sesegukkan.
"Pak Ahok, kami semua penderita kanker, saat ini penderita kanker yang tidak mampu seluruh Indonesia sangat banyak, dan rata2 mereka tidak tertangani pengobatannya karena faktor ekonomi. Kami datang memohon kepada bapak, agar negara memikirkan solusi bagi kami sehingga kami bisa lebih lama menghirup udara segar di bumi ini dalam kondisi sehat bebas kanker pak....."
Pak Ahok terdiam, tenggorokannya sakit, karena sejak tadi ia pun ingin ikutan menangis, namun ditahannya. Setelah selesai mendengarkan curhatan sang ibu yang menyayat hati, pak Ahok menenangkan mereka semua dan memberi semangat agar mereka jangan lagi dipusingkan soal pengobatannya, karena beliau akan membantu pembiayaannya melalui BPJS.
Spontan para penderita kanker tsb memeluk pak Ahok sambil bertangis2an, mereka bersyukur bahwa Allah mengirimkan Gubernur yang serius memperhatikan rakyatnya.
Dan sejak saat itulah banyak penderita kanker yang dibantu pak Ahok, termasuk almarhumah Jupe.
Ketika pulang ke rumah larut malam... pak Gubernur masuk ke dalam kamarnya, duduk diam sejenak di atas sofanya, dan seketika itu airmatanya menetes, teringat tangisan para penderita kanker yang sejak pagi membuat tenggorokannya tercekat. Pak Gubernur segera beranjak dan di kepalanya sudah tersusun rencana indah buat para penderita kanker itu agar mereka tak lagi menderita dihimpit biaya2 untuk kesembuhannya, yaitu sebuah Rumah Sakit megah berikut apartemen khusus kanker GRATIS.
Namun, kini rencana indah tersebut harus pupus oleh keserakahan penggantinya. Innalillahi wainnailaihi rojiun.
Ternyata, tangisan para penderita kanker hanya mampu mengetuk hati sang Gubernur bermata Sipit.
Sumber: Facebook