Tips Terhindar dari Cedera Ketika Lari di Gunung
Lari di gunung atau yang biasa disebut dengan Trail running bukanlah jenis olahraga sembarangan. Olahraga ini bisa dikategorikan ekstrem dan membutuhkan persiapan serta latihan yang matang. Karena jika persiapannya kurang, risikonya adalah cedera yang bisa berakibat fatal. Dokter Yotin Bayu Merryani mengatakan bahwa ada cukup banyak resiko cedera bagi para trail runner.
Cedera Otot
Kondisi ini adalah ketika kaku otot terjadi di sejumlah bagian tubuh seperti hamstring atau belakang paha, pada betis dan telapak kaki. Penyebab kaku otot adalah karena kurangnya latihan secara matang.
Pelari juga tak melakukan latihan lain seperti bersepeda, yoga atau pun renang untuk ini. Dan jika ingin ikut lomba 50 kilometer, setidaknya harus latihan 10 kilometer per hari. Jangan latihan satu atau dua kilometer per hari untuk lomba dengan jarak 27 kilometer atau lebih.
Cedera Terkilir atau Keseleo
Cedera ini sering dialami ketika pelari salah tumpuan saat berlari di lintasan bebatuan dan tanah yang tak stabil. Atau memaksakan kakinya menapak pada jalan dengan kontur tanah yang tidak rata.
Cedera Telapak Kaki Kapalan atau Blister
Cedera ini biasanya membuat telapak kaki timbul benjolan berair. Untuk mengatasi hal tersebut, pelari bisa menusukkan jarum steril untuk mengeluarkan air dari dalam benjolan. Kemudian memberikan antiobiotik dan bantalan kasa diatas lukanya dan membalut luka dengan plester.
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah Acute Mountain Sickness, yaitu ketika pendaki tidak dapat beradaptasi dengan suhu dingin di pengunungan. Gejala yang biasa terjadi adalah muntah dan pusing.
Bayu menjelaskan, gejala muntah bukan hanya karena acute mountain sickness saja, tapi juga bisa terjadi saat asam lambung naik. Kondisi tersebut terjadi karena pelari mengalami stres sebelum melakukan olahraga ini, biasanya karena tekanan saat perlombaan.
Agar terhindar dari kondisi tersebut, pelari sebaiknya membiasakan diri dengan mengonsumsi makanan dan minum obat yang sama saat latihan dan pertandingan.
“Seandainya ada lomba 50 kilometer, latihan yang dilakukan kira-kira ada yang sekitar 21 kilometer half marathon. Saran saya, setiap lima kilometer kita makan obat obat lambung atau setiap 30 menit hingga satu jam”, ucap dokter yang bekerja di RS Panti Waluya Sawahan Malang ini.