Tindakan Bunuh Diri mampu Dicegah Apabila Lingkungan Peka dan Saling Peduli
Saturadar.com | Kasus bunuh diri di Indonesia terbilang tinggi, setidaknya jika di rata-rata ada satu orang yang melakukan bunuh diri setiap jamnya. Sebetulnya tindakan ini sebenarnya bisa dicegah, jika lingkungan mau peka dan saling peduli. Pada umumnya setiap pelaku bunuh diri menunjukkan gejala-gejala jika dia ingin melakukan bunuh diri.
Setidaknya 90 persen kasus ini disebabkan depresi yang memiliki gejala klinisnya jelas, misalnya sering putus asa, murung, sedih, tidak nafsu makan, sulit konsentrasi, hingga melahirkan ide bunuh diri.
Menurut dr.Andri, Sp.KJ dari RS Omni Alam Sutera Tangerang, Gejala depresi pelaku bunuh diri berlangsung setidaknya dua minggu dan mengganggu fungsi sosialnya.
Calon pelaku bunuh diri pada umumnya menunjukkan tanda pesan kematian, seperti menulis keinginan untuk mengakhiri hidup, membuat wasiat, jadi suka menasihati tentang makna dan filosofi hidup, atau menghadiahkan barang favoritnya kepada orang lain.
Itulah sebabnya perubahan perilaku yang sedang terjadi pada seseorang seharusnya dikenali oleh orang di sekitarnya. Peran keluarga atau bantuan dari profesional untuk konseling harusnya bisa membantu dalam mengatasi depresi, bahkan diharapkan dapat membuang keinginan untuk bunuh diri tadi.
dr.Andri, Sp.KJ |
Reza Indragiri Amriel, selaku Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, mengatakan bahwa setelah dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang gagal bunuh diri, mereka mengatakan bahwa mereka sangat berharap jika sebelumnya ada orang yang mau hadir untuk mereka.
Baca Juga : Peneliti Mengembangkan Alat Prediksi untuk Menekan Peningkatan Angka Bunuh Diri
Baca Juga : Peneliti Mengembangkan Alat Prediksi untuk Menekan Peningkatan Angka Bunuh Diri
Peran serta orang terdekat sebagai tempat untuk mencurahkan perasaan atau sebagai pendengar akan sangat membantu. Jauhi respon negatif seperti menghakimi, menekan, atau menghina, karena justru akan membuat orang-orang yang tertekan tadi menjadi semakin menutup diri.
Sikap peka dan pedulian dari sekitar memang semakin sulit dirasakan mengingat sedikitnya waktu berinteraksi dan berkomunikasi. Padahal, sebetulnya dengan sikap lebih peka dan berempati tadi, ada banyak kematian sia-sia yang dapat bisa kita cegah.