3 Kebiasaan Unik yang Cerminkan Seseorang Memiliki Otak Pintar
saturadar.com | Tidak semua fakta maupun kenyataan yang ada di dunia dapat di ungkap dengan gamblang, tidak terkecuali mengenai tingkat atau nilai kecerdasan seseorang.
Ada kalanya orang yang terlihat pemalas, tidak memiliki banyak teman, atau suka sekali melontarkan canda yang ofensif, ternyata mempunya tingkat kepintaran diatas rata-rata bahkan terbilang cemerlang.
Jika Anda ragu, maka inilah tiga bukti ilmiah mengenai sinyal-sinyal aneh yang mengekspresikan seseorang dengan kecerdasan yang tinggi. Berikut uraiannya:
Malas bergerak
Banyak orang mengatakan bahwa mereka yang hobi menonton televisi sepanjang hari, atau membaca buku selama berjam-jam, dan pada malam hari suka beraktivitas di luar rumah sebagai sosok yang pemalas.
Akan tetapi hasil studi dari Florida Gulf Coast University yang memberikan uji kognitif pada puluhan responden, mendapatkan mereka yang malas bergerak justru memiliki IQ tinggi.
Menurut studi, hobi duduk dan tidak mau banyak bergerak, merupakan tanda seseorang memiliki kemampuan berpikir yang luas dan mendetil.
Suka menyendiri
Peneliti dari LSE dan Singapore Management University menganalisa data dari 15.000 sampel tes IQ responden dengan batas usia 18 hingga 28 tahun.
Para peneliti tersebut menemukan kalau kebanyakan responden yang tinggal di permukiman padat dengan hasil IQ rendah dan tinggi ditemukan tidak bahagia.
Tetapi yang menarik adalah hasil riset juga memperlihatkan kalau mereka yang memiliki kecerdasan cemerlang dan memiliki banyak teman mengaku tidak bahagia.
Periset pun menyimpulkan jika keramaian justru dapat memberi efek buruk pada orang-orang dengan IQ tinggi. Dan memang kebanyakan orang-orang yang cerdas lebih suka dalam kesendirian.
Menyukai canda sarkastik
Hasil penelitian dari University of Vienna juga menjelaskan jika mereka yang menikmati guyonan sarkastik dan ofensif memiliki kecerdasan verbal serta non verbal di atas rata-rata.
“Penelitian mendapatkan kesimpulan humor mengalami proses kognitif sama seperti komponen afektif yang baik. Variabel-variabel tersebut memengaruhi kemampuan dalam menciptakan konsep dan kecakapan eksekusi,” kata peneliti saat menjelaskan hasil akhir studi.